"From Waste to Profit: Optimizing Food Waste Through Maggot Farming"
Kali ini kami mau mengulik data timbulan sampah tahun 2023 yang diambil dari web SIPSN KemenLHK (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan) , tapi kami tidak bahas timbulan sampah kategori plastik karena kami rasa anda teman-teman pembaca sudah bosan berita seputar sampah plastik terus-menerus.
Istilah anak sekarang tuh kalau kami mengutip kemarahan dari anak teman dari tetangganya yang merasa di-php-in temannya, omongan lu tuh BASI… basi lu… udah lu gue en.
Kalau mengingat kata Basi, jadi kami mau mengulik data timbulan sampah tahun 2023 kategori berdasarkan jenis sampah yaitu sisa makanan sebesar 39,76% dari 38,65 Juta Ton/Tahun.
Anda lihat gambar terlampir bahwa sampah sisa makanan menempati urutan pertama untuk masalah Timbulan Sampah di negeri ini.
Menurut KBBI sisa/si·sa/ n apa yang tertinggal (sesudah dimakan, diambil, dan sebagainya); lebihan.
Dalam KBBI makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk-pauk, kue).
Kata basi dalam KBBI: basi1/ba·si/ a 1 mulai berbau tidak sedap atau berasa masam karena sudah mengalami proses pembusukan (tentang makanan): nasi itu sudah -- , jangan dimakan; 2 tidak baru lagi; sudah lama diketahui atau dibicarakan orang.
Menurut katadata.co.id " Indonesia menghasilkan sekitar 300 kg limbah makanan per orang per tahun. Jumlah tersebut menjadi kedua terbesar di dunia, hanya berada di bawah Arab Saudi dengan 427 kg per orang per tahun. Peringkat selanjutnya diduduki oleh Amerika Serikat (277 kg) dan Uni Emirat Arab (196 kg)".
Kami ingin mengulik lebih detil lagi apa saja definisi sampah sisa makanan, tapi belum kami temukan apa saja yang masuk kedalam sampah sisa makanan tersebut (koreksi kami kalau anda mempunyai datanya).
Kami berasumsi kalau mau diuraikan jenis sampah sisa makanan menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Sampah sisa makanan yang terjadi dari proses pengolahan makanan/sayuran.
2. Sampah sisa makanan yang terjadi karena tidak dimakan karena membuatnya terlalu banyak jadi "BASI" dan mubazir terbuang (acara pernikahan, ultah, syukuran, hajatan besar).
3. Sampah sisa makanan yang terjadi karena produk makanan tidak laku terjual sehingga menjadi "BASI".
Menurut anda mana yang paling banyak dari ketiga jenis sampah sisa makanan tersebut?
Ada yang punya data?
Salah satu solusi bagaimana mengurangi timbulan sampah dari sisa-sisa makanan yaitu dengan budidaya maggot yang sedang naik daun, cek link berikut ini kalau belum tahu maggot itu apa :
https://www.mongabay.co.id/2020/03/17/maggot-bahan-pakan-ikan-alternatif-yang-murah-dan-mudah/
Kemampuan BSF mengurai sampah organik tak perlu diragukan lagi. Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen. Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5-kilogram sampah organik per hari.
Sumber : https://dlh.probolinggokab.go.id/pengolahan-sampah-organik-dengan-maggot-di-tpa-seboro/
Hitung punya hitung dari Sampah sisa makanan tahun 2022 = 41,4% x 20,5 Juta Ton/tahun = 8,48 Juta/tahun atau 0,7 Juta Ton/bulan.
Bila 0,7 Juta Ton/bulan sampah makanan dapat di proses sekitar 70% sebagai sumber makanan untuk maggot maka dalam 1 bulan ada hasil kembang biak maggot sebanyak = 670 ribu ton/bulan dibagi (5 Kg sampah x 30 hari per 1 kg maggot) = 4,446 Ton maggot dengan nilai penjualan maggot sebesar IDR 178 M/bulan.
Wow ini benar-benar bisnis “BASI” banget, ga kaleng-kaleng lagi.
Dari Basi mendapatkan cuan.
Pantaslah beberapa teman di KSM, TPST, Bank Sampah sudah banyak mengerjakan bisnis ini.
Perusahaan rintisan juga sudah banyak yang main bisnis maggot, bahkan mereka lebih besar lagi budidaya manggotnya dan sudah ada yang diekspor, tidak saja menggunakan sisa makanan, mungkin makanan baguspun menjadi nutrisi bagi perkembangbiakan si-jabang bayi manggot.
Akan tetapi dari informasi yang kami dapat untuk tahun 2024 bisnis maggot di Indonesia menghadapi tantangan berupa persaingan yang tidak sehat. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap situasi ini antara lain:
Harga yang Turun: Dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang masuk ke pasar, harga maggot cenderung turun, yang bisa mempengaruhi profitabilitas bagi produsen yang lebih kecil.
Kualitas Produk: Tidak semua produk maggot memiliki kualitas yang sama, dan beberapa pelaku usaha mungkin mengorbankan kualitas untuk menawarkan harga lebih murah.
Praktik Bisnis Tidak Etis: Beberapa pelaku usaha mungkin menggunakan metode yang tidak etis atau ilegal untuk memotong biaya, seperti mengabaikan standar kesehatan dan keselamatan.
Kurangnya Regulasi: Industri ini masih relatif baru di Indonesia, sehingga regulasi yang mengatur praktik bisnis bisa jadi belum cukup ketat.
Pendidikan Pasar: Masih banyak petani atau konsumen yang kurang memahami manfaat dan cara pemanfaatan maggot, sehingga mereka lebih memilih produk yang lebih murah tanpa mempertimbangkan kualitas.
Persaingan yang tidak sehat ini bisa merugikan pelaku usaha yang berkomitmen pada kualitas dan praktik yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi industri untuk mendorong kolaborasi, meningkatkan kesadaran tentang kualitas, serta memperkuat regulasi untuk menciptakan pasar yang lebih sehat.